Smart Farming di Indonesia – Baru-baru ini kita banyak mendengar istilah-istilah yang jarang didengar. Gibran Rakabuming Cawapres nomor urut 2 banyak menyampaikan program dengan istilah yang jarang diketahui orang awam. Kali ini kami akan membahas mengenai smart farming yang disebut Gibran dalam debat cawapres, Minggu, 21/1/2024 bertema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.
Sebenarnya Smart Farming ini bukanlah hal baru. Sudah banyak negara-negara yang menerapkan sistem tersebut sejak lama. Bahkan di Indonesia sendiri sudah ada pembahasan oleh pemerintah mengenai peralihan sistem pertanian yang konvesional menjadi lebih modern dan efisien.
Pengertian Smart Farming
Smart farming adalah suatu konsep pertanian yang menggunakan teknologi digital dan informasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan dalam produksi tanaman dan peternakan. Smart farming menggabungkan berbagai teknologi seperti Internet of Things (IoT), sensor, robotika, dan analitik data untuk memantau dan mengontrol lingkungan pertanian.
Sistem smart farming telah dirancang untuk membantu petani agar bisa mengambil langkah yang tepat berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh teknologi itu sendiri. Dengan kata lain, Smart Farming adalah sistem yang pertanian yang terintegrasi dan menggunakan teknologi digital untuk memperbaiki proses produksi dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu sistem tersebut juga membatu para petani memperoleh hasil panen yang baik dan berkelanjutan.
Peran Smart Farming dalam Pertanian di Indonesia
Smart Farming memiliki peran penting dalam pertanian. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
- Meningkatkan Efisiensi
Untuk pengoptimalan penggunaan sumber daya seperti; air, pupu dan pestisida maka tekonologi smart farming ini sangat berguna dan sangat efisien serta mampu mengurangi biaya profuksi - Meningkatkan Produktivitas
Dengan adanya tekonologi sensor dan robotika petani bisa sangat terbantu dalam penyemprotan pestisida danpada daerah yang sulit dijangkau dan dapat membantu dalam hal pengendalian hama dan penyakit tanaman. - Meningkatkan Keberlanjutan
Smart farming dapat membantu petani untuk mengurangi dampak negatif lingkungan dengan mengopotimalkan penggunaan sumber daya air, pupuk dan pestisida, serta megurangi gas emisi rumah kaca. - Meningkatkan Kualitas Produk
Dengan melakukan cross check secara real-time, petani dapat merespon secara cepat masalah yang muncul pada tanaman. Hal ini membuat kualitas dari produk tanaman hasil tani menjadi lebih baik dan mengurangi resiko kerugian akibat hama
Baca juga: Gibran Bahas Greenflation Dalam Debat Cawapres, Netizen: Artinya apa?
Cara Kerja Smart Farming
Smart Farming bekerja dengan memanfaatkan teknologi digital dan informasi mengenai lingkungan guna memantau dan mengontrol pertanian secara lebih efektif. Berikut adalah cara kerja dari smart farming.
- Monitoring – Smart farming menggunakan sensor untuk memantau kondisi lingkungan pertanian seperti suhu, kelembaban, pH tanah, dan kualitas air. Data ini kemudian dikumpulkan dan dianalisis secara real-time untuk memberikan informasi yang lebih akurat mengenai kondisi pertanian.
- Pengolahan data – Data yang diperoleh dari sensor kemudian diolah dan dianalisis menggunakan perangkat lunak pengolahan data. Perangkat lunak ini dapat memberikan informasi yang lebih detail mengenai kondisi pertanian dan membantu petani untuk membuat keputusan yang lebih cerdas.
- Pengambilan keputusan – Berdasarkan data yang diperoleh, petani dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam mengelola produksi pertanian. Misalnya, petani dapat menyesuaikan waktu penyiraman atau pemupukan berdasarkan kondisi tanaman yang sedang dihadapi.
- Kontrol otomatis – Smart farming juga menggunakan teknologi otomatisasi seperti robotika untuk memantau dan mengontrol lingkungan pertanian secara otomatis. Misalnya, robot penyemprot pestisida dapat mencapai daerah yang sulit dijangkau dan meningkatkan efektivitas dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
Kendala Penerapan Smart Farming di Indonesia
Sebagai Implementasi penerapa Smart Farming di Indonesia masih mengalami banyak kendala dan kelemahan serta perhatian dari pemerintah, seperti:
1.Keterbatasan akses teknologi
Di daerah pedesaan, akses terhadap teknologi masih terbatas. Hal ini membuat petani kesulitan untuk mengadopsi teknologi smart farming.
2.Keterbatasan infrastruktur
Infrastruktur di Indonesia masih perlu ditingkatkan, terutama di daerah pedesaan. Misalnya, jaringan internet yang belum merata, listrik yang tidak stabil, dan jalan yang rusak, sehingga menghambat penggunaan teknologi smart farming.
3.Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
Petani di Indonesia masih banyak yang kurang memahami konsep smart farming, sehingga tidak dapat mengimplementasikannya dengan benar. Diperlukan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengadopsi teknologi smart farming.
4.Biaya yang tinggi
Teknologi smart farming masih tergolong mahal. Hal ini membuat petani kesulitan untuk membeli atau mengadopsinya.
5.Kurangnya dukungan dari pemerintah
Pemerintah masih kurang memberikan dukungan yang cukup untuk pengembangan teknologi smart farming di Indonesia. Ini termasuk dukungan dalam bentuk pelatihan, pendanaan, dan infrastruktur yang memadai.