Palestina Dan Awal Konflik Palestina. Wajib Tahu!!!

konflik palestina

Konflik Palestina – Negara Palestina (دولة فلسطين Dawlat Filastin) adalah sebuah negara di Timur Tengah antara Laut Tengah dan Sungai Yordania. Status politiknya masih dalam perdebatan. Sebagian besar negara di dunia termasuk negara-negara anggota OKI, Liga Arab, Gerakan Non-Blok, dan ASEAN telah mengakui keberadaan Negara Palestina. Wilayah Palestina saat ini terbagi menjadi dua entitas politik, yaitu Wilayah Pendudukan israel dan Otoritas Nasional Palestina. Deklarasi Kemerdekaan Palestina dinyatakan pada 15 November 1988 di Aljazaer oleh Dewan Nasional (PNC) Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). (sumber)

Kini setelah 100 tahun sejak dimulai konflik perang antara Palestina (Hamas) melawan Israel (Yahudi/Zionis) tidak kunjung usai dan seakan tidak akan pernah berakhir hingga wilayah tersebut khususnya tepi barat jalur Gaza (west bank) dikuasai oleh pihak Israel. Tak pelak ratusan ribu nyawa baik dari sipil maupun militer telah menjadi korban perang. Badan internasional sekelas PBB hingga kini hanya bisa diam dalam dentuman bom yang terjadi setiap harinya disana.

Nama Palestina telah lama digunakan secara populer sebagai istilah umum untuk menunjukkan suatu wilayah tradisional, namun penggunaan ini tidak menyiratkan batas-batas yang jelas. Persepsi mengenai batas timur Palestina masih belum jelas, meskipun batas tersebut sering kali dianggap terletak di sebelah timur Sungai Yordan, kadang-kadang sampai ke tepi Gurun Arab . Namun dalam pemahaman kontemporer, Palestina secara umum didefinisikan sebagai wilayah yang di timur dibatasi oleh Sungai Yordan, di utara berbatasan dengan perbatasan antara Israel dan Lebanon, di barat berbatasan dengan Laut Mediterania (termasuk pantai Gaza), dan di selatan berbatasan dengan Negev , dengan perluasan paling selatan mencapai Teluk Aqaba .

Awal Mula Konflik Antara Palestina Dan Israel

Seorang pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina selama bentrokan dengan pasukan Israel di pos pemeriksaan Hawara, selatan kota Nablus, Tepi Barat, Jumat, 14 Mei 2021. Pejabat kesehatan mengatakan beberapa warga Palestina tewas oleh tembakan tentara Israel, pada protes yang terjadi di beberapa lokasi di Tepi Barat hari Jumat. (AP / Majdi Mohammed)

Konflik dimulai pada 2 november 1917 tepat saat menteri luar negeri Inggris Arthur Balfour memberikan surat kepada tokoh Yahudi Lionel Walter Rothschild. Surat pendek yang berisi hanya 67 kata tersebut mengikat pemerintah Inggirs untuk mendirikan rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina. Termasuk didalamnya untuk memfasilitasi pencapaian tujuan tersebut.

Surat yang dikenal sebagai deklarasi Balfour itu membuat bangsa Eropa menjanjikan gerakan Zionis pada negara dengan 90% diisi oleh penduduk Arab asli Palestina. Adapun mandat tersebut dibentuk pada tahun 1023 dan berlangsung lamanya hingga 1948. Dalam rentang waktu tersebut terjadi mobilisasi masif Yahudi ketanah Palestina yang difasilitasi oleh Inggris saat adanya gerakan Nazi di Eropa.

Namun demikian mobilisasi besar-besaran tersebut tentunya ditentang oleh orang-orang Palestina karena dikhawatirkan terjadinya perubahan demografi serta tentunya penyitaan tanah dan berbagai aset oleh pemerintahan Inggris yang kemudian diberikan kepada Yahudi sebagai tempat bermukim.

Ketegangan yang meningkat ini menjadi awal terjadinya Pemberontakan Arab pada 1936-1939. Pada April 1936, Komite Nasional Arab meminta warga Palestina melakukan pemogokan umum yang berlangsung selama 6 bulan.

Ini membuat pembayaran pajak tertahan dan adanya boikot pada produk Yahudi. Semua dilakukan sebagai bentuk protes pada kolonialisme Inggris dan kedatangan warga Yahudi yang kian meningkat.

Aksi mogok masal ini kemudian di respon dengan cara penangkapan tokoh-tokoh penentang dan penghancuran rumah-rumah oleh pemerintahan kolonial Inggris. Praktik penculikan dan penghancuran ini kemudian dilakukan oleh Israel hingga kini.

Selanjutnya terjadi pemberontakan fase kedua yang diprakarsai oleh kelompok petani palestina pada tahun 1937 dan selanjutnya pada tahun 1039. Inggris kemudian merespon dengan mengerahkan 30 ribu tentara ke Palestina serta menjatuhkan bom melalui serangan udara. Kala itu Inggris juga memberlakukan jam malam serta penahanan administratif serta pembunuhan masal.

Dalam kurun waktu tiga tahun tersebut ruang orang menjadi korban. Setidaknya 5000 orang Palestina terbunuh dan puluhan ribu terluka serta lebih dari 6000 orang dipenjara.

Respon PBB Terhadap Konflik Palestina (Resolusi 181)

Pertumbuhan populasi yahudi kala itu membengkak hingga 33% sementara Palestina hanya 6% ditahun 1947. Hal ini membuat PBB turun tangan dan mengadopsi Resolusi 181 terhadap konflik Palestina mengenai pembagian wilayah menjadi negara Arab dan Yahudi.

Rancangan resolusi PBB tersebut tentunya ditolak mentah-mentah oleh Palestina, karena resolusi tersebut memberikan 56% wilayah palestina pada Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir subur. Saat itu 94% wilayah Palestina adalah bersejarah dengan 67% populasi.

Di sisi lain, paramiliter Israel telah mulai operasi militer sebelum mandat kekuasaan Inggris berakhir 14 Mei 1948. Mereka menghancurkan sejumlah wilayah Palestina untuk perluasan perbatasan wilayah Israel.

Konflik Palestina atas penjajahan Zionis Pada 1947-1948, lebih dari 500 desa, kota kecil dan besar Palestina hancur. Sekitar 15 ribu orang Palestina terbunuh, termasuk adanya puluhan pembantaian.

Nakba

“Nakba” adalah istilah Arab yang berarti “bencana” atau “katastrofi.” Ini merujuk secara khusus kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1948 saat pendirian negara Israel. Nakba merujuk pada pengusiran dan pelarian massal orang Palestina dari tanah mereka selama Perang Arab-Israel tahun 1948, yang juga dikenal sebagai Perang Kemerdekaan Israel atau Perang 1948.

Pada periode ini, banyak warga Palestina kehilangan rumah dan tanah mereka, dan sejumlah besar menjadi pengungsi. Nakba menjadi simbol dari perspektif Palestina tentang kerugian dan penderitaan mereka selama konflik Israel-Palestina. Setiap tahun, pada tanggal 15 Mei, komunitas Palestina dan pendukung mereka mengenang Nakba dengan berbagai cara, termasuk demonstrasi dan acara komemoratif.

Diperkirakan 15.000 warga Palestina terbunuh, termasuk dalam puluhan pembantaian. Insiden ini juga membuat Gerakan Zionis menguasai 78% wilayah bersejarah Palestina. Sisanya yang sebesar 22% dibagi menjadi wilayah yang sekarang menjadi Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung.

Diperkirakan 750.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka. Saat ini keturunan mereka hidup sebagai 6 juta pengungsi di 58 kamp pengungsi di seluruh Palestina dan di negara-negara tetangga seperti Lebanon, Suriah, Yordania dan Mesir.

Pada 15 Mei 1948, Israel mengumumkan pendiriannya. Keesokan harinya, perang Arab-Israel pertama dimulai dan pertempuran berakhir pada Januari 1949 setelah gencatan senjata antara Israel dan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Suriah.

Pada bulan Desember 1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 194. Ini menyerukan hak untuk kembali bagi pengungsi Palestina atas terjadinya konflik Palestina atas penjajahan Israel.

Pasca Nakba

Konflik Palestina Pasca Nakba mengacu pada periode setelah peristiwa Nakba pada tahun 1948 di Timur Tengah. Sejak saat itu, situasi politik, sosial, dan ekonomi di wilayah tersebut telah mengalami perubahan signifikan. Berikut beberapa aspek kunci pasca Nakba:

  1. **Pendirian Negara Israel:** Pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion mengumumkan pembentukan Negara Israel. Ini mengubah dinamika politik dan geopolitik di wilayah tersebut.
  2. **Pengungsi Palestina:** Lebih dari 700.000 warga Palestina mengungsi atau diusir dari tanah mereka selama Nakba. Banyak dari mereka tinggal di kamp-kamp pengungsi di wilayah sekitar, dan keturunan mereka masih menjadi pengungsi hingga hari ini.
  3. **Perubahan Batas dan Pembagian Wilayah:** Pada akhir Perang Arab-Israel 1948-1949, batas wilayah antara Israel dan tetangga-tetangganya berubah. Wilayah-wilayah yang sebelumnya ditempati oleh Palestina, seperti Tepi Barat, Jalur Gaza, dan bagian timur Yerusalem, menjadi pusat konflik selanjutnya.
  4. **Perang Arab-Israel Berikutnya:** Pasca Nakba, terjadi serangkaian perang Arab-Israel, seperti Perang Enam Hari pada 1967 dan Perang Yom Kippur pada 1973, yang memengaruhi peta politik dan wilayah di wilayah tersebut.
  5. **Ketegangan dan Konflik Berlanjut:** Konflik antara Israel dan Palestina terus berlanjut hingga hari ini. Sengketa melibatkan pertempuran militer, perundingan damai yang kompleks, dan berbagai upaya internasional untuk mencari solusi.
  6. **Proses Perdamaian dan Perundingan:** Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina. Proses-proses ini melibatkan berbagai kesepakatan, perundingan, dan inisiatif internasional, tetapi pencapaian perdamaian yang berkelanjutan masih menjadi tantangan.
  7. **Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi:** Meskipun konflik berlanjut, Israel telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, sementara beberapa wilayah Palestina juga mengalami perkembangan ekonomi. Namun, ketidaksetaraan ekonomi antara Israel dan wilayah Palestina tetap menjadi isu yang kompleks.

Pasca Nakba mencerminkan sejarah konflik Palestina yang rumit dan berkepanjangan di Timur Tengah, dengan implikasi yang luas terhadap kehidupan penduduk di wilayah tersebut. Permasalahan ini terus menjadi fokus perhatian internasional dan menimbulkan dampak yang mendalam bagi kedua belah pihak yang terlibat.

Setidaknya 150.000 warga Palestina tetap tinggal di negara Israel yang baru dibentuk dan hidup di bawah pendudukan militer yang dikontrol ketat selama hampir 20 tahun sebelum mereka akhirnya diberikan kewarganegaraan Israel.

Mesir mengambil alih Jalur Gaza, dan pada tahun 1950, Yordania memulai pemerintahan administratifnya atas Tepi Barat. Lalu, pada tahun 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dibentuk, dan setahun kemudian, partai politik Fatah didirikan.

Leave a Reply